ini salah satu cerpen yang ku tuangkan dalam layar putih komputer di malam hari sekitar 3 tahun lalu ... dengan judul LILI DI TENGAH MALAM...
Hembusan
angin malam merasuk tiap celah - celah dinding kamarnya yang sederhana,
tertunduk dalam seorang akhwat dengan
balutan mukenah putihnya, tetesan bulir air bening menghiasi tiap pipinya
“ Ya Robb, Engkau tahu isi hati hambamu yang lemah ini, esok hari
seorang insanmu akan memenuhi setengah agamanya dan mengapa hati ini terasa
begitu sakit?, Ya Robb ia hanyalah kenangan masa lalu yang ingin ku lupakan,Ya
Allah hambamu ini memohon ampun dan tegarkan hamba , hamba yakin akan tiba
saatnya seorang yang Engkau simpan untuk hamba datang menjemput hamba dengan sepenuh hatinya, dan saat itu Engkau persatukan dua hati dalam naungan
kasih sayang dan ridho-Mu” . Amin Ya Robbal Alamin
Sejenak
suasana hening air mata itu mulai mengering dan wajah itu masih tertunduk dalam,
tersiram dengan sinar lampu kamarnya yang mulai meredup.
***
Sayup-sayup
terdengar suara nasyid pernikahan dari kejahuan, dengan tegar seorang wanita
mengendarai motornya melaju kearah suara itu bersumber. Senyum sejoli
mengembang begitu bahagia, penuh rasa suka cita, sementara di balik itu seorang
wanita melangkah masuk dengan tegar dan mencoba tersenyum menandakan turut
bahagia atas pernikahan sahabatnya itu walau terasa ada perasaan perih menyelip
menyergap hatinya. Rasanya ia tak kuat menahan air mata yang mulai memenuhi
matanya, namun ia tak mau kebahagian sahabatnya itu ternodai dengan air
matanya, ia berusa tersenyum selama berada disana.
“selamat saudariku kamu telah
menemukan pangeran hatimu, yang akan menjagamu dan selalu menyayangimu, semoga
kalian bisa menjadi kelurga sakinah, mawadah dan warohmah “ kata yang terlontar
dari mulutnya, sambil memeluk mempelai wanita yang adalah sahabatnya
“amin , syukron doanya saudariku Anisa
dan syukron atas kehadiranmu di sini”
Tanpa sengaja setelah melepas
pelukannya, matanya tertuju pada sosok yang berada tepat didepannya yang begitu
ia kenal,sosok mempelai pria yang tampak gagah dengan jas hitamnya, tertegun
sejenak seakan waktu begitu lambat bergerak, namun Anisa mencoba mengendalikan
perasaanya dan mencoba tersenyum, dan berpamitan pergi pada mempelai kedua
mempelai.
***
“ Ya Allah, Engakau Maha Tahu
atas apa yang terjadi ditiap-tiap umatmu, terimakasih Ya Allah Engkau beri
hamba-Mu ini kekuatan untuk pergi kesana, Ya Allah hamba turut bahagia atas
kebahagian yang mereka raih, Robb.. jadikanlah
kelurga mereka menjadi kelurga sakinah mawadah dan warohmah. Amin “ ada
hawa sejuk menyelami tiap pori-pori kulitnya, merasuk menyentuh hatinya, ada
nada kedamaian disana yang bersorak begitu merdu menemani malam yang makin
larut, membuatnya terlelap dalam kedamain.
Ia
mulai menata kembali hidupnya, merangkai mimpi-mimpi yang selama ini
terabaikan, bersama seorang sahabatnya Nur Aini ia mulai kembali mengembangkan
asa dan cita bersama. Bunga lotus itu kini mulai bersemi walau lumpur
mengelilinginya, ia tetap indah dengan warnanya, mewarnai tiap keberadaannya.
“Anisa, tunggu...” teriak seorang
yang berda dibelakangnya, ia pun melangkah kebelakang mencoba mencari sumber
suara yang memanggilnya.
“Asslamualaikum Anisa, aku ada
berita baik untukmu ” suara Nur Aini menggema riang
“Walaikum salam , berita apa?,
kamu terdengar begitu semangat”jawabnya sambil menjabat tangan saudarinya itu
“begini Anisa, kemarin aku dapat
kabar dari teman kalau besok pagi ada seminar di kampus tentang beasiswa ke
Eropa, siapa tau nanti kita bisa dapat beasiswa S2 ke Eropa. Gimana, kamu mau
datangkan?” nadanya penuh dengan semangat
“Insya’Allah Nur, tapi kita pergi
bareng ya?”
“ok, Insya’Allah. Ayo kita ke
kelas “ Ajak nur sambil menarik anisa ke kelas.
***
Tepat
pukul 08.00 acara seminar itu dimulai, tak begitu banyak yang hadir dalam acara
itu, dua orang gadis sedang bercengkarama sambil menunggu acara tersebut di
buka. Moderator sudah mulai membuka acara tersebut, sambil memperkenalkan dirinya
sepertinya sambil menunggu para pesrta yang akan datang, tanpa sadar emsi
mengajukan sebuah mik kepada anisa, anisa dengan muka polos tak mengerti, ia
baru tahu kalau ia diminta untuk memperkenalkan dirinya.
“Assalamualaikum, nama saya
Anisa, saya masih bersatus seorang mahasiswa di sebuah perguran tinggi dan
sekarang saya sedang mengurs skripsi saya, dan saya kesini karena ajakan
sahabat saya dan juga untuk mengetahui bagaimana cara mendapatkan beasiswa ke
Eropa, sykuron dan wassalamualaikum “ ujarnya sambil mengkerutkan kening dan
senyum kecilnya.
Akhirnya,
inti acara ini akan terungkap. Semua mata tertuju pada seorang sosok yang
dipanggil oleh sang moderator untuk menjadi pembicara mengenai beasiswa ke
eropa, sosok seorang pria yang nampak gagah dengan setelan baju kemeja putih
yang menampakkan keprcayaan diri yang kuat. Anisa mulai menundukkan
pandangannya ketika mata itu tanpa sengaja bertemu, anisa mencoba mengingat
siapa pria itu. Anisa baru ingat bahwa itu adalah kakak kelasnya di SMA yang
dulu menjadi idola para gadis di SMAnya , karena kegagahan, kepintaran dan
kesolehannya. Dulu Anisa sempat mengaguminya, tapi hanya sekedar kagum karena
di zaman yang edan ini jarang ada lelaki yang sempurna seperti itu walau secara
ekonomi ia sangat sederhana. Lamunan itu buyar ketika suara menggema memenuhi
ruang itu
“Asslamualaikum warahmatullahi
wabarokatuh, selamat pagi perkenalkan nama saya Ikhsan Rhamadani, Teriama kasih sebelumnya sudah mengundang saya
sebagai pembicara, jujur ilmu saya masih sedikit sekali tapi moga dengan ilmu
saya yang sedikit ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua, amin”
“amin...” suara audiens
mengaminkan
Selama
berjalannya acara tersebut anisa dan nur betul-betul memperhatikan, bagaimana
perjuanga di negri orang yang tidak mudah, perlu ketekunan, semngat dan
iman yang kuat karena berada di negri
orang yang minoritas muslim. Acara berjalan lancar, banyak pengetahuan baru
yang mereka dapat.
Selesai
acara anisa dan nur asik mengobrol dengan pembawa acara siang itu, seorang pria
menghampiri mereka yang tak lain adalah Ikhsan
“Asslamualaikum ”
“walaikumsalam” jawab mereka
kompak
“Maaf sepertinya saya mengenal
kamu, tapi saya lupa kenal dimana, apa kita pernah bertemu?” tanya tertuju pada
anisa
“ia , kita satu sekolah waktu
SMA, anda kakak kelas saya”
“Astagfirullah, saya baru ingat
kamu ini adalah wakil ketua rohis kan?“
“ia, benar kak” tiba-tiba bunyi
hp anisa berdering, anisa segera pamit setelah mengangkat telpon itu seperti
ada berita tak baik, ia langsung saja menarik nur yang masih bingung kenapa
anisa bersikap seperti itu
“ada apa nisa, kenapa kamu
menarikku seperti ini?” tanyanya sambil mencoba menahan dirinya yang terus
ditarik anisa. Anisa berhenti sejenak
“Aisah dan suaminya kang faiq
kecelakaan nur, mereka keserempet mobil, mereka sekarang di bawa kerumah sakit,
aku khahwatir nur” anisa menjelaskan berlinang air mata sambil memeluk nur
“Astagfirullah, semoga mereka
baik-baik saja nis, padahal mereka baru saja menikah. Tapi ini sudah kehendak
Allah untuk mereka dan tidak ada satupun orang yang dapat mencegahnya” sambil
terus memeluk erat sahabatnya itu
***
Mereka
tiba dirumah sakit, keluarga aisah dan kang faiq tampak murung ada duka dimata
mereka , detak juntung anisa semakin tak menentu,wajah-wajah itu seakan
mengisyaratkan duka yang mendalam. Anisa dan nur masuk keruang UGD itu dengan
ketegangan yang dasyat, seakan tak kuat untuk melihat sahabat mereka yang baru
murenguk kebahagian, sekarang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Tampak seorang pria sedang duduk disamping sosok wanita yang
terbaring lemah dengan kain menutupi
rambutnya, sekilas kilau air mata mengalir dari mata pria itu,
“Asslamualaikum “ mereka mengucap
salambil melangkah mendekat
“walaikumsalam” jawabnya lirih
“Bagaimana kang kejadiannya,
kenapa kalian bisa seperti ini?” ujar nur sambil membelai pipi sahabatnya itu.
Anisa hanya bisa terdiam melihat kang faiq yang tangan dan kepalanya yang berdarah berbalut perban putih ,
sedangkan Aisah terbaring lemah dengan luka-luka di bagian tangan dan wajahnya.
“ini salahku kurang berhati-hati
..”
“sudahlah kang ini kan musibah,
jangan menyalahkan diri sendiri kang, aisah pasti memerlukan dukunganmu
sekarang”potong anisa
“ia , tapi bagaimana keadaan
aisah kang?” tanya nur sambil terus mengelus pipi aisah dengan halus
“kata dokter aisah tidak apa-apa
hanya saja dia matanya bermasalah karena ada pecahan kaca masuk kematanya, dan
bisa saja terjadi kebutaan” jawabnya lesu
“Astagfirullah..”
“ sabar ya kang ini ujian untuk
kalian, kalian harus sabar menghadapinya” ujar nisa
“ia kang, yang sabar ya aku yakin
kalian bisa kuat menghadapinya “
“Insya’Allah, trimakasih atas
dukungan kalian. Aisah beruntung punya sahabat seperti kalian, semoga Allah
melimpahkan rahmat-Nya pada kalian”
“amin” jawab mereka serentak
***
Dua
hari setelah kejadian itu Aisah mulai siuman, dan saat itu ada duka disana.
Dokter berkata bahwa ia akan mengalami kebutaan namun tidak permanen, tapi
dokter tidak bisa memprediksi kapan matanya aisah akan kembali melihat. Aisah
tidak dapat menahan kesedihannya yang teramat dalam, apa lagi ia merasa ia
tidak lagi bisa membahagiakan suaminya yang ia sayangi, ia menganggap ia
menjadi beban untuk suaminya. Sementara suaminya mencoba menenangkan dan
memberi pengertian pada Aisah, bahwa ia akan tetap mencintai dan menjaga aisah
sebagai istri yang ia cintai, sebagai wanita yang ia nikahi dihadapan Allah.
Anisa
dan Nur pun sering sekali menjenguk Aisah selama di rumah sakit mecoba memberi
dukungan pada saudarinya itu, sampai pada suatu hari Aisah mengutarakan niatnya
kepada Anisa
“Anisa, maukah kamu membantuku?”
tanyanya pada Anisa
“Insya’Allah aku akan membantu
sesuai kemampunanku, Aisah mau ninta bantuan apa?” jawabnya halus
“Ia Aisah aku juga akan
membantumu semampuku jika Aku bisa” potong Nur, yang saat itu sedang
menguapas apel disamping Anisa
“Ia nur makasih sekali, aku
bersyukur sekali bisa mengenal kalian. Begini Anisa,em...a.a..ku mau minta kamu
menikah dengan Kang Faiq, menjadi istri keduaanya, apa kamu mau?”tanyanya
dengan nada yang berat. Nur dan Anisa terkejut mendengar permintaan itu, mereka
tidak percaya dengan apa yang mereka dengar dari mulut sahabatnya itu, mereka
pun berlinangan airmata, begini beratkah beban yang sahabatnya tanggung selam
ini.
“Aisah, maaf bukannya aku tidak
mau membantu mu tapi ini tidak mungkin
kulakuakan , kau sahabatku dan
aku pun telah mengenal baik kang faiq, aku tak bisa Aisah.” Tegas Anisa berurai
air mata
“Ia Aisah, tidak mungkin Anisa
bisa melakukan itu” tambah nur
“aku tau kalian pasti terkejut
atas keputusanku, tapi aku ingin kang faiq bahagia. Anisa karena itu aku
memilihmu karena kamu telah mengenal aku dan kang faiq dengan baik..”
“Tapi apa kamu yakin kalau kami
menikah kang faiq bisa bahagia , dan kamu tidak akan terluka, maaf Aisah aku
tidak bisa” jawab anisa dengan suara meninggi dan langsung pergi keluar,
meninggalkan dua temannya itu. Di luar ia bertemu kang Faiq, kang Faiq memberi salam ia menjawabnya dan langsung
pergi begitu saja . melihat itu Faiq merasakan ada yang salah, ia lalu pergi ke
ruangan dimana istrinya di rawat ia melihat nur dan aisah berpelukan dengan
uraiaran air mata dan setelah itu nur pamit. Faiq masih bingung apa yang
terjadi sebenarnya, ia mencoba bertanya pada istrinya dengan halus setelah nur
pergi, namun aisyah hanya diam membisu.
***
Setelah kejadian itu anisa lebih
banyak berdiam diri di kamar, bahkan orang dirumahnya pun bingung dengan perubahan
sikap anisa , sampai kakak pertamanya yang sekolah di yogya pun ikut kahwatir
melihat adiknya itu.
“tok..tok..Assalamualaikum anisa,
buka pintu dong, tidakkah kamu ingin menyambut kakakmu ini”
Suara pintu di buka terdengar,
ada harapan dimata kakanya semgo ia bisa tahu apa yang terjadi pada adik
kecinya itu. “walaikumsalam kak fina, kak fina pulang toh kok ngak
ngomong-ngomong”jawabnya sambil melepas mukenah putihnya, ya disudut matanya ada
butiran air mata yang tertangkap oleh
kakanya
“gimana kakak mau ngasih tahu,
Hp kamu saja jarang aktif dan ibu bilang
kamu jarang keluar kamar, emang ada apa adikku, kakak lihat ada beban berat di
matamu?”
Mendengar itu anisa merasa tidak
kuat menahan kegundahan hatinya lagi, ia langsung menangis dalam pelukan
kakaknya dan menceritakan kegundahan hatinya selama ini. Tak ayal kakaknya pun
ikut menangis mendengar kisah adiknya itu, ia berusaha untuk memberi kekuatan
agar adiknya terus bersabar menghadapa masalahnya. Mereka benar-benar larut
dalam kebersamaan malam itu.
***
“nis, menurut kakak sebaiknya
kamu bertemu langsung saja dengan mereka, bicarakan masalah ini dengan pikiran
jernih, kakak yakin kamu bisa ambil keputusan yang terbaik bagimu dan bagi
mereka. Dari pada masalah ini menjadi berlarut-larut dan akan mengganggu
pikiranmu” nasehat kakaknya
“anisa juga maunya begitu,
tapi... anisa takut anisa tak sanggup kak”
“nis, kamu harus sanggup, ini
demi kebaikan kalian. Kakak ngak mau liat kamu begini terus, kasian ibu dan
bapak mikirin perubahan sikapmu ini”
“baiklahkak besok ba’da zuhur
anisa akan mencoba bertemu mereka, tapi apa kakak mau menemani anisa?”
“Insya’Allah kakak akan temani
kamu”
“makasih kak” ujar nisa sambil
memeluk kakaknya
“Duh yang lagi sayang-sayangan,
ibu jadi sedih ngak ada yang meluk ni” ibu menyela dari balik pintu kamar anisa
yang di biarkan terbuka
“ibu... kami sayang kok sama ibu”
ujar merka manja sambil memeluk ibu mereka.
***
Esok harinya mereka pun bertemu di salah satu
restoran, maksudnya supaya lebih nyantai
“Apa kabar Aisah?, kakak turut
prihatin atas semua yang terjadi padamu”
“Alhamdullah baik kak, ia kak
insya’Allah Aisah akan coba untuk bersabar menghadapi ini semua”
“Emm.. sebenarnya apa yang mau
kamu bicarakan Anisa?”tanya kang faiq
“ Sebelumnya terimakasih atas
kedatangan kalian berdua, yang mau ku bicarakan adalah soal permintaan
Aisyah”terangnya sambil melirik Aisyah. Ia kembali melanjutkan pembicaraannya
“maaf Aisyah aku tidak bisa
memenuhi keinginanmu itu, rasanya begitu berat bagiku. Aku yakin kang Faiq bisa
menerimamu apa adanya karena dia suamimu dan akan tetap menjadi suamimu yang
kau cinta”jelas Anisa dengan linangan air mata
Susanan menjadi hening, kakak
Anisa tertunduk sambil menggenggam erat tangan adiknya itu, keadaan Aisyah pun
tak jau beda, ia jua tertunduk dengan linangan air mata sementara Faiq mencoba
menahan air matany namun ia tak berhasil setetes air matanya mengalir
kepipinya, ia mengusapnya mencoba tampak tegar lalu menoleh pada Aisyah
istrinya
“Aisyah kamu adalah istiriku, aku
sudah mengikat janji pada Allah untuk menjaga, mencintai dan membimbingmu. Aku
akan berusah menjadi suami yang baik untukmu, aku terima kau apa adanya,
janganlah kau berpikir dengankeadaanmu seperti ini aku akan menderita, ini
adalah sedikit ujian yang Allah beri di rumah tangga kita yang baru kita bina
ini. Kau adalah istriku satu-satunya. Maka bertahanlah untukku, semoga ini
jalan yang akan mengikat kuat cinta halal ini” ujar Faiq belinangan airmata pada
istrinya yang tercinta
Mendengar itu Aisyah air matanya
semkin deras belinangan.
“Maafkan aku Anisa..maafkan aku
kang Faiq...” suara Aisyah lirih
***
Setahun setelah kejadian itu
berlalu kehidupan berjalan kembali normal, Aisyah pun akhirnya dapat melihat
lagi walau belum kembali seperti penglihatan normal pada umumnya dan Aisyah bisa hidup bahagia dengan suaminya
,begitu pula Anisa kembali beraktivitas seperti biasanya dan kini persahabatan
itu pun semakin terikat kuat antara anisa,aisyah dan nur.
Saat keluarga kecil anisa ini
berkumpul di rung keluarga sambil berbincang-bincang “Anisa kamu kan sekarang
sudah dewasa, rasanya sudah pantas ibu mempunyai menantu dan cucu ni “ ujar ibu
sambil tersenyum kecil melihat anisa yang mulai membisu
“ ibu ini ada-ada saja sih, kalau
jodoh ngak kemana kok bu, liat tu anisa sampai merah gitu mukanya he hehe “
jawab kaknya sambil menunjuk kearah nisa yang diam membisu
***
Di malam yang sunyi, saat semua
orang tertidur lelap seorang gadis sedang termenung di jendela rumahnya sambil
memandang bulan yang terang di langit,
“Ya Robb, semoga Engkau
pertemuakan aku dengan dia yang menjadi jodohku pada waktu yang tepat, amin..”
doa anisa sambil menutup jendela kamarnya.
Bak gayung yang bersambut, Anisa
akhirnya di jodoh kan oleh orang tuanya, anisa pun setuju dengan pernikahan itu
ia menyambutnya dengan senang, karena dia yakin orang tuanya akan memilihkan
yang tepat untuknya, akhirnya dia adakanlah pertemuan dua keluarga besar itu,
dan tanpa di sangka calon suami Anisa adalah kakak kelasnya dulu, pria yang ia
kenal dengan baik ia adalah Ikhsan
Rhamadani, dulu anisa pernah mengagumi ikhsan namun itu hanya didalam diamnya,
karena waktu itu ia masih SMA, masa-masa remaja yang mudah jatuh cinta . dan
Allah mempersatukannya dalam ikatan suci pernikahan .Subhanallah....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar