Kamis, 09 Mei 2013

sekitar 3 tahun lalu ...


ini salah satu cerpen yang ku tuangkan dalam layar putih komputer di malam hari sekitar 3 tahun lalu ... dengan judul LILI DI TENGAH MALAM... 



      Hembusan angin malam merasuk tiap celah - celah dinding kamarnya yang sederhana, tertunduk dalam seorang akhwat  dengan balutan mukenah putihnya, tetesan bulir air bening menghiasi tiap pipinya
  “ Ya Robb, Engkau tahu isi hati hambamu yang lemah ini, esok hari seorang insanmu akan memenuhi setengah agamanya dan mengapa hati ini terasa begitu sakit?, Ya Robb ia hanyalah kenangan masa lalu yang ingin ku lupakan,Ya Allah hambamu ini memohon ampun dan tegarkan hamba , hamba yakin akan tiba saatnya seorang yang Engkau simpan untuk hamba datang menjemput hamba  dengan sepenuh hatinya, dan saat  itu Engkau persatukan dua hati dalam naungan kasih sayang dan ridho-Mu” . Amin Ya Robbal Alamin
                Sejenak suasana hening air mata itu mulai mengering dan wajah itu masih tertunduk dalam, tersiram dengan sinar lampu kamarnya yang mulai meredup.
***
                Sayup-sayup terdengar suara nasyid pernikahan dari kejahuan, dengan tegar seorang wanita mengendarai motornya melaju kearah suara itu bersumber. Senyum sejoli mengembang begitu bahagia, penuh rasa suka cita, sementara di balik itu seorang wanita melangkah masuk dengan tegar dan mencoba tersenyum menandakan turut bahagia atas pernikahan sahabatnya itu walau terasa ada perasaan perih menyelip menyergap hatinya. Rasanya ia tak kuat menahan air mata yang mulai memenuhi matanya, namun ia tak mau kebahagian sahabatnya itu ternodai dengan air matanya, ia berusa tersenyum selama berada disana.
“selamat saudariku kamu telah menemukan pangeran hatimu, yang akan menjagamu dan selalu menyayangimu, semoga kalian bisa menjadi kelurga sakinah, mawadah dan warohmah “ kata yang terlontar dari mulutnya, sambil memeluk mempelai wanita yang  adalah sahabatnya
“amin , syukron doanya saudariku Anisa dan syukron atas kehadiranmu di sini”
Tanpa sengaja setelah melepas pelukannya, matanya tertuju pada sosok yang berada tepat didepannya yang begitu ia kenal,sosok mempelai pria yang tampak gagah dengan jas hitamnya, tertegun sejenak seakan waktu begitu lambat bergerak, namun Anisa mencoba mengendalikan perasaanya dan mencoba tersenyum, dan berpamitan pergi pada mempelai kedua mempelai.
***
“ Ya Allah, Engakau Maha Tahu atas apa yang terjadi ditiap-tiap umatmu, terimakasih Ya Allah Engkau beri hamba-Mu ini kekuatan untuk pergi kesana, Ya Allah hamba turut bahagia atas kebahagian yang mereka raih, Robb.. jadikanlah  kelurga mereka menjadi kelurga sakinah mawadah dan warohmah. Amin “ ada hawa sejuk menyelami tiap pori-pori kulitnya, merasuk menyentuh hatinya, ada nada kedamaian disana yang bersorak begitu merdu menemani malam yang makin larut, membuatnya terlelap dalam kedamain.
                Ia mulai menata kembali hidupnya, merangkai mimpi-mimpi yang selama ini terabaikan, bersama seorang sahabatnya Nur Aini ia mulai kembali mengembangkan asa dan cita bersama. Bunga lotus itu kini mulai bersemi walau lumpur mengelilinginya, ia tetap indah dengan warnanya, mewarnai tiap keberadaannya.  
“Anisa, tunggu...” teriak seorang yang berda dibelakangnya, ia pun melangkah kebelakang mencoba mencari sumber suara yang memanggilnya.
“Asslamualaikum Anisa, aku ada berita baik untukmu ” suara Nur Aini menggema riang
“Walaikum salam , berita apa?, kamu terdengar begitu semangat”jawabnya sambil menjabat tangan saudarinya itu
“begini Anisa, kemarin aku dapat kabar dari teman kalau besok pagi ada seminar di kampus tentang beasiswa ke Eropa, siapa tau nanti kita bisa dapat beasiswa S2 ke Eropa. Gimana, kamu mau datangkan?” nadanya penuh dengan semangat
“Insya’Allah Nur, tapi kita pergi bareng ya?”
“ok, Insya’Allah. Ayo kita ke kelas “ Ajak nur sambil menarik anisa ke kelas.
***
                Tepat pukul 08.00 acara seminar itu dimulai, tak begitu banyak yang hadir dalam acara itu, dua orang gadis sedang bercengkarama sambil menunggu acara tersebut di buka. Moderator sudah mulai membuka acara tersebut, sambil memperkenalkan dirinya sepertinya sambil menunggu para pesrta yang akan datang, tanpa sadar emsi mengajukan sebuah mik kepada anisa, anisa dengan muka polos tak mengerti, ia baru tahu kalau ia diminta untuk memperkenalkan dirinya.
“Assalamualaikum, nama saya Anisa, saya masih bersatus seorang mahasiswa di sebuah perguran tinggi dan sekarang saya sedang mengurs skripsi saya, dan saya kesini karena ajakan sahabat saya dan juga untuk mengetahui bagaimana cara mendapatkan beasiswa ke Eropa, sykuron dan wassalamualaikum “ ujarnya sambil mengkerutkan kening dan senyum kecilnya.
                Akhirnya, inti acara ini akan terungkap. Semua mata tertuju pada seorang sosok yang dipanggil oleh sang moderator untuk menjadi pembicara mengenai beasiswa ke eropa, sosok seorang pria yang nampak gagah dengan setelan baju kemeja putih yang menampakkan keprcayaan diri yang kuat. Anisa mulai menundukkan pandangannya ketika mata itu tanpa sengaja bertemu, anisa mencoba mengingat siapa pria itu. Anisa baru ingat bahwa itu adalah kakak kelasnya di SMA yang dulu menjadi idola para gadis di SMAnya , karena kegagahan, kepintaran dan kesolehannya. Dulu Anisa sempat mengaguminya, tapi hanya sekedar kagum karena di zaman yang edan ini jarang ada lelaki yang sempurna seperti itu walau secara ekonomi ia sangat sederhana. Lamunan itu buyar ketika suara menggema memenuhi ruang itu
“Asslamualaikum warahmatullahi wabarokatuh, selamat pagi perkenalkan nama saya Ikhsan Rhamadani,  Teriama kasih sebelumnya sudah mengundang saya sebagai pembicara, jujur ilmu saya masih sedikit sekali tapi moga dengan ilmu saya yang sedikit ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua, amin”
“amin...” suara audiens mengaminkan
                Selama berjalannya acara tersebut anisa dan nur betul-betul memperhatikan, bagaimana perjuanga di negri orang yang tidak mudah, perlu ketekunan, semngat dan iman  yang kuat karena berada di negri orang yang minoritas muslim. Acara berjalan lancar, banyak pengetahuan baru yang mereka dapat.
                Selesai acara anisa dan nur asik mengobrol dengan pembawa acara siang itu, seorang pria menghampiri mereka yang tak lain adalah Ikhsan
“Asslamualaikum ”
“walaikumsalam” jawab mereka kompak
“Maaf sepertinya saya mengenal kamu, tapi saya lupa kenal dimana, apa kita pernah bertemu?” tanya tertuju pada anisa
“ia , kita satu sekolah waktu SMA, anda kakak kelas saya”
“Astagfirullah, saya baru ingat kamu ini adalah wakil ketua rohis kan?“
“ia, benar kak” tiba-tiba bunyi hp anisa berdering, anisa segera pamit setelah mengangkat telpon itu seperti ada berita tak baik, ia langsung saja menarik nur yang masih bingung kenapa anisa bersikap seperti itu
“ada apa nisa, kenapa kamu menarikku seperti ini?” tanyanya sambil mencoba menahan dirinya yang terus ditarik anisa. Anisa berhenti sejenak
“Aisah dan suaminya kang faiq kecelakaan nur, mereka keserempet mobil, mereka sekarang di bawa kerumah sakit, aku khahwatir nur” anisa menjelaskan berlinang air mata sambil memeluk nur
“Astagfirullah, semoga mereka baik-baik saja nis, padahal mereka baru saja menikah. Tapi ini sudah kehendak Allah untuk mereka dan tidak ada satupun orang yang dapat mencegahnya” sambil terus memeluk erat sahabatnya itu
***
                Mereka tiba dirumah sakit, keluarga aisah dan kang faiq tampak murung ada duka dimata mereka , detak juntung anisa semakin tak menentu,wajah-wajah itu seakan mengisyaratkan duka yang mendalam. Anisa dan nur masuk keruang UGD itu dengan ketegangan yang dasyat, seakan tak kuat untuk melihat sahabat mereka yang baru murenguk kebahagian, sekarang terbaring lemah di atas ranjang  rumah sakit. Tampak seorang  pria sedang duduk disamping sosok wanita yang terbaring  lemah dengan kain menutupi rambutnya, sekilas kilau air mata mengalir dari mata pria itu,
“Asslamualaikum “ mereka mengucap salambil melangkah mendekat
“walaikumsalam” jawabnya lirih
“Bagaimana kang kejadiannya, kenapa kalian bisa seperti ini?” ujar nur sambil membelai pipi sahabatnya itu. Anisa hanya bisa terdiam melihat kang faiq yang tangan dan kepalanya  yang berdarah berbalut perban putih , sedangkan Aisah terbaring lemah dengan luka-luka di bagian tangan dan wajahnya.
“ini salahku kurang berhati-hati ..”
“sudahlah kang ini kan musibah, jangan menyalahkan diri sendiri kang, aisah pasti memerlukan dukunganmu sekarang”potong anisa
“ia , tapi bagaimana keadaan aisah kang?” tanya nur sambil terus mengelus pipi aisah dengan halus
“kata dokter aisah tidak apa-apa hanya saja dia matanya bermasalah karena ada pecahan kaca masuk kematanya, dan bisa saja terjadi kebutaan” jawabnya lesu
“Astagfirullah..” 
“ sabar ya kang ini ujian untuk kalian, kalian harus sabar menghadapinya” ujar nisa
“ia kang, yang sabar ya aku yakin kalian bisa kuat menghadapinya “
“Insya’Allah, trimakasih atas dukungan kalian. Aisah beruntung punya sahabat seperti kalian, semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya pada kalian”
“amin” jawab mereka serentak
***
                Dua hari setelah kejadian itu Aisah mulai siuman, dan saat itu ada duka disana. Dokter berkata bahwa ia akan mengalami kebutaan namun tidak permanen, tapi dokter tidak bisa memprediksi kapan matanya aisah akan kembali melihat. Aisah tidak dapat menahan kesedihannya yang teramat dalam, apa lagi ia merasa ia tidak lagi bisa membahagiakan suaminya yang ia sayangi, ia menganggap ia menjadi beban untuk suaminya. Sementara suaminya mencoba menenangkan dan memberi pengertian pada Aisah, bahwa ia akan tetap mencintai dan menjaga aisah sebagai istri yang ia cintai, sebagai wanita yang ia nikahi dihadapan Allah.
                Anisa dan Nur pun sering sekali menjenguk Aisah selama di rumah sakit mecoba memberi dukungan pada saudarinya itu, sampai pada suatu hari Aisah mengutarakan niatnya kepada Anisa
“Anisa, maukah kamu membantuku?” tanyanya pada Anisa
“Insya’Allah aku akan membantu sesuai kemampunanku, Aisah mau ninta bantuan apa?” jawabnya halus
“Ia Aisah aku juga akan membantumu semampuku jika Aku bisa” potong Nur, yang saat itu sedang menguapas  apel disamping Anisa
“Ia nur makasih sekali, aku bersyukur sekali bisa mengenal kalian. Begini Anisa,em...a.a..ku mau minta kamu menikah dengan Kang Faiq, menjadi istri keduaanya, apa kamu mau?”tanyanya dengan nada yang berat. Nur dan Anisa terkejut mendengar permintaan itu, mereka tidak percaya dengan apa yang mereka dengar dari mulut sahabatnya itu, mereka pun berlinangan airmata, begini beratkah beban yang sahabatnya tanggung selam ini.
“Aisah, maaf bukannya aku tidak mau membantu mu tapi ini tidak mungkin  kulakuakan  , kau sahabatku dan aku pun telah mengenal baik kang faiq, aku tak bisa Aisah.” Tegas Anisa berurai air mata
“Ia Aisah, tidak mungkin Anisa bisa melakukan itu” tambah nur
“aku tau kalian pasti terkejut atas keputusanku, tapi aku ingin kang faiq bahagia. Anisa karena itu aku memilihmu karena kamu telah mengenal aku dan kang faiq dengan baik..”
“Tapi apa kamu yakin kalau kami menikah kang faiq bisa bahagia , dan kamu tidak akan terluka, maaf Aisah aku tidak bisa” jawab anisa dengan suara meninggi dan langsung pergi keluar, meninggalkan dua temannya itu. Di luar ia bertemu kang Faiq, kang Faiq  memberi salam ia menjawabnya dan langsung pergi begitu saja . melihat itu Faiq merasakan ada yang salah, ia lalu pergi ke ruangan dimana istrinya di rawat ia melihat nur dan aisah berpelukan dengan uraiaran air mata dan setelah itu nur pamit. Faiq masih bingung apa yang terjadi sebenarnya, ia mencoba bertanya pada istrinya dengan halus setelah nur pergi, namun aisyah hanya diam membisu.
***
Setelah kejadian itu anisa lebih banyak berdiam diri di kamar, bahkan orang dirumahnya pun bingung dengan perubahan sikap anisa , sampai kakak pertamanya yang sekolah di yogya pun ikut kahwatir melihat adiknya itu.  
“tok..tok..Assalamualaikum anisa, buka pintu dong, tidakkah kamu ingin menyambut kakakmu ini”
Suara pintu di buka terdengar, ada harapan dimata kakanya semgo ia bisa tahu apa yang terjadi pada adik kecinya itu. “walaikumsalam kak fina, kak fina pulang toh kok ngak ngomong-ngomong”jawabnya sambil melepas mukenah putihnya, ya disudut matanya ada butiran air mata  yang tertangkap oleh kakanya
“gimana kakak mau ngasih tahu, Hp  kamu saja jarang aktif dan ibu bilang kamu jarang keluar kamar, emang ada apa adikku, kakak lihat ada beban berat di matamu?”
Mendengar itu anisa merasa tidak kuat menahan kegundahan hatinya lagi, ia langsung menangis dalam pelukan kakaknya dan menceritakan kegundahan hatinya selama ini. Tak ayal kakaknya pun ikut menangis mendengar kisah adiknya itu, ia berusaha untuk memberi kekuatan agar adiknya terus bersabar menghadapa masalahnya. Mereka benar-benar larut dalam kebersamaan malam itu.
***
“nis, menurut kakak sebaiknya kamu bertemu langsung saja dengan mereka, bicarakan masalah ini dengan pikiran jernih, kakak yakin kamu bisa ambil keputusan yang terbaik bagimu dan bagi mereka. Dari pada masalah ini menjadi berlarut-larut dan akan mengganggu pikiranmu” nasehat kakaknya
“anisa juga maunya begitu, tapi... anisa takut anisa tak sanggup kak”
“nis, kamu harus sanggup, ini demi kebaikan kalian. Kakak ngak mau liat kamu begini terus, kasian ibu dan bapak mikirin perubahan sikapmu ini”
“baiklahkak besok ba’da zuhur anisa akan mencoba bertemu mereka, tapi apa kakak mau menemani anisa?”
“Insya’Allah kakak akan temani kamu”
“makasih kak” ujar nisa sambil memeluk kakaknya
“Duh yang lagi sayang-sayangan, ibu jadi sedih ngak ada yang meluk ni” ibu menyela dari balik pintu kamar anisa yang di biarkan terbuka
“ibu... kami sayang kok sama ibu” ujar merka manja sambil memeluk ibu mereka.
***
                 Esok harinya mereka pun bertemu di salah satu restoran, maksudnya supaya lebih nyantai
“Apa kabar Aisah?, kakak turut prihatin atas semua yang terjadi padamu”
“Alhamdullah baik kak, ia kak insya’Allah Aisah akan coba untuk bersabar menghadapi ini semua”
“Emm.. sebenarnya apa yang mau kamu bicarakan Anisa?”tanya kang faiq
“ Sebelumnya terimakasih atas kedatangan kalian berdua, yang mau ku bicarakan adalah soal permintaan Aisyah”terangnya sambil melirik Aisyah. Ia kembali melanjutkan pembicaraannya
“maaf Aisyah aku tidak bisa memenuhi keinginanmu itu, rasanya begitu berat bagiku. Aku yakin kang Faiq bisa menerimamu apa adanya karena dia suamimu dan akan tetap menjadi suamimu yang kau cinta”jelas Anisa dengan linangan air mata
Susanan menjadi hening, kakak Anisa tertunduk sambil menggenggam erat tangan adiknya itu, keadaan Aisyah pun tak jau beda, ia jua tertunduk dengan linangan air mata sementara Faiq mencoba menahan air matany namun ia tak berhasil setetes air matanya mengalir kepipinya, ia mengusapnya mencoba tampak tegar lalu menoleh pada Aisyah istrinya
“Aisyah kamu adalah istiriku, aku sudah mengikat janji pada Allah untuk menjaga, mencintai dan membimbingmu. Aku akan berusah menjadi suami yang baik untukmu, aku terima kau apa adanya, janganlah kau berpikir dengankeadaanmu seperti ini aku akan menderita, ini adalah sedikit ujian yang Allah beri di rumah tangga kita yang baru kita bina ini. Kau adalah istriku satu-satunya. Maka bertahanlah untukku, semoga ini jalan yang akan mengikat kuat cinta halal ini” ujar Faiq belinangan airmata pada istrinya yang tercinta
Mendengar itu Aisyah air matanya semkin deras belinangan.
“Maafkan aku Anisa..maafkan aku kang Faiq...” suara Aisyah  lirih
***
Setahun setelah kejadian itu berlalu kehidupan berjalan kembali normal, Aisyah pun akhirnya dapat melihat lagi walau belum kembali seperti penglihatan normal pada umumnya  dan Aisyah bisa hidup bahagia dengan suaminya ,begitu pula Anisa kembali beraktivitas seperti biasanya dan kini persahabatan itu pun semakin terikat kuat antara anisa,aisyah dan nur.

Saat keluarga kecil anisa ini berkumpul di rung keluarga sambil berbincang-bincang “Anisa kamu kan sekarang sudah dewasa, rasanya sudah pantas ibu mempunyai menantu dan cucu ni “ ujar ibu sambil tersenyum kecil melihat anisa yang mulai membisu
“ ibu ini ada-ada saja sih, kalau jodoh ngak kemana kok bu, liat tu anisa sampai merah gitu mukanya he hehe “ jawab kaknya sambil menunjuk kearah nisa yang diam membisu
***
Di malam yang sunyi, saat semua orang tertidur lelap seorang gadis sedang termenung di jendela rumahnya sambil memandang bulan yang terang di langit,
“Ya Robb, semoga Engkau pertemuakan aku dengan dia yang menjadi jodohku pada waktu yang tepat, amin..” doa anisa sambil menutup jendela kamarnya.
Bak gayung yang bersambut, Anisa akhirnya di jodoh kan oleh orang tuanya, anisa pun setuju dengan pernikahan itu ia menyambutnya dengan senang, karena dia yakin orang tuanya akan memilihkan yang tepat untuknya, akhirnya dia adakanlah pertemuan dua keluarga besar itu, dan tanpa di sangka calon suami Anisa adalah kakak kelasnya dulu, pria yang ia kenal dengan baik ia adalah  Ikhsan Rhamadani, dulu anisa pernah mengagumi ikhsan namun itu hanya didalam diamnya, karena waktu itu ia masih SMA, masa-masa remaja yang mudah jatuh cinta . dan Allah mempersatukannya dalam ikatan suci pernikahan .Subhanallah....
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar